oleh: P. William P. Saunders *
Siapa itu Melkisedek?
Saya mendengar namanya disebut dalam Doa Syukur Agung pada waktu Misa.
~ seorang pembaca di Springfield
Melkisedek
muncul dalam Kitab Kejadian (14:18-20). Abraham kembali dari
mengalahkan Raja Kedorlaomer dan ketiga raja lainnya yang bersama-sama
dengan dia. Pada waktu itulah Abraham disambut oleh Melkisedek, Raja
Salem, yang juga “seorang imam Allah Yang Mahatinggi”. (Menarik disimak,
kata Melkisedek berarti “raja kebenaran” dan Salem berarti “damai
sejahtera”.) Melkisedek membawa roti dan anggur kepada Abraham, dan
memberkatinya dengan kata-kata berikut, “Diberkatilah kiranya
Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi, dan
terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke
tanganmu” (Kej 14:19-20). Patut diingat bahwa roti dan
anggur biasa dipersembahkan dalam kurban persembahan di antara “hasil
bumi pertama” sebagai ucapan syukur kepada sang Pencipta. Meskipun
Melkisedek secara teknis adalah seorang imam kafir, ia mengenal satu
allah yang esa, dan menyebut-Nya sebagai, “Allah Yang Mahatinggi,” sama
seperti orang Yahudi. Abraham menerima berkat dan persembahan ini, lalu
memberikan kepada Melkisedek sepersepuluh dari segala rampasan yang
paling baik. Tetapi, setelah perjumpaan ini, Melkisedek hilang dari
kisah Kejadian.
Melkisedek disebut kembali dalam Mazmur 110, “TUHAN telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal: `Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut Melkisedek'” (Mzm 110:4).
Mazmur ini dianggap sebagai salah satu mazmur Mesianik yang terpenting,
yang menggambarkan Mesias yang akan datang, Tuhan kita Yesus Kristus,
sebaga Raja, Imam dan Penakluk.
Mungkin
St Paulus, yang menurut tradisi dianggap sebagai pengarang Surat kepada
Jemaat di Ibrani, adalah promotor terbesar Melkisedek (lih Bab 5-9). St
Paulus mempergunakan pribadi Melkisedek untuk menggambarkan ajaran
kurban imamat seperti yang ditetapkan oleh Kristus. St Paulus memulainya
dengan “Setiap imam besar, yang dipilih dari antara manusia,
ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia
mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa” (Ibrani 5:1). Kendati kelemahan manusiawi, manusia dipanggil oleh Allah untuk menjadi seorang imam.
St
Paulus kemudian memperbandingkan imamat Melkisedek dengan imamat Harun,
yaitu imamat kaum Lewi. Imamat Harun berdasarkan keturunan yang berasal
dari Abraham. Para imam sesudah Harun berasal dari keluarganya, dari
kaum Lewi, dan ditunjuk sebagai imam karena keturunan mereka. Juga, para
imam ini mempersembahkan kurban Perjanjian Lama.
Kebalikan
dari imamat Lewi adalah Imamat Kristus, yang dipralambangkan oleh
imamat Melkisedek. Pertama-tama, Melkisedek tidak bersilsilah dalam
Perjanjian Lama, dan imamatnya tidak berdasarkan keturunan. Kristus,
sama seperti Melkisedek, adalah imam karena penetapan ilahi dan
imamat-Nya tidak berdasarkan pada ikatan keturunan.
Kedua,
Abraham mengenali Melkisedek, raja dan imam, dengan menerima berkat dan
mempersembahkan kepada Melkisedek sepersepuluhannya. Tindakan
merendahkan diri yang begitu rupa ini menunjukkan bahwa imamat yang
berasal dari Abraham lebih rendah tingkatannya dari imamat Melkisedek.
Tindakan ini juga merupakan pratanda bahwa imamat Lewi akan digantikan
oleh imamat yang lebih agung, sempurna dan rajawi, yaitu imamat Kristus.
Ketiga,
Melkisedek mempersembahkan roti dan anggur sebagai ucapan syukur kepada
Allah, mempralambangkan apa yang dilakukan Kristus pada Perjamuan
Terakhir.
Keempat,
Melkisedek berasal dari “bangsa-bangsa lain”. Kristus datang untuk
menyelamatkan bukan hanya dari keturunan Israel, melainkan juga segenap
umat manusia dari berbagai bangsa. Di samping itu, nama dan gelar
Melkisedek sendiri mengandung arti “raja kebenaran, raja damai
sejahtera”; Yesus masuk ke dalam dunia guna menyatakan kebenaran dan
membawa damai sejahtera.
Terakhir,
Melkisedek bukanlah seorang imam dari Perjanjian Lama. Kristus sebagai
imam mempersembahkan kurban sempurna bagi penebusan dosa dan membuat
perjanjian yang baru, sempurna serta kekal abadi dengan darah-Nya
Sendiri.
Pada
intinya, Surat kepada Jemaat di Ibrani menguraikan kisah Melkisedek dan
menyusun suatu gambaran yang mempralambangkan Kristus, yang akan
menggenapi Perjanjian Lama dan imamat.
Para Bapa Gereja perdana dengan jelas memahami serta menerima gambaran ini. St Siprianus dari Kartago
(wafat thn 258) dalam Suratnya kepada Cecil, mengajarkan, “Juga dalam
imam Melkisedek kita melihat Sakramen Kurban Kristus dipralambangkan,
sesuai dengan yang diwartakan dalam Kitab Ilahi, di mana dikatakan, `Melkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur; ia seorang imam Allah Yang Mahatinggi. Lalu ia memberkati Abram.'
Melkisedek sesungguhnya serupa dengan Kristus, seperti dimaklumkan
dalam mazmur oleh Roh Kudus, yang mengatakan kepada Putra, seolah dari
Bapa: “Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari
ini. Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan
Melkisedek.” Imamatnya pastilah yang berasal dari kurban-Nya
dan yang berasal dari pada-Nya: sebab Melkisedek adalah imam Allah Yang
Mahatinggi; sebab ia mempersembahkan roti, dan sebab ia memberkati
Abraham. Dan siapakah yang lebih tinggi dari imam Allah Yang Mahatinggi
selain daripada Tuhan kita Yesus Kristus, yang, ketika Ia
mempersembahkan kurban kepada Allah Bapa, mempersembahkan persembahan
yang sama seperti yang dipersembahkan Melkisedek, yaitu roti dan anggur,
yang sesungguhnya adalah Tubuh dan Darah-Nya.”
St Sirilus dari Yerusalem dalam Pengajaran Katekesenya (Mystagogicæ 5) juga menyebut kurban Melkisedek sebagai “semacam” pratanda Ekaristi Kudus.
Gereja
menghormati gambaran akan Melkisedek ini. Katekismus Gereja Katolik
mengajarkan: “Melkisedek, `imam Allah yang Mahatinggi', dipandang oleh
tradisi Kristen sebagai `pratanda' imamat Kristus, `imam besar
satu-satunya menurut peraturan Melkisedek'. Kristus itu `kudus, tanpa
salah, tanpa noda' dan `oleh satu kurban saja… Ia telah menyempurnakan
untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan', yaitu oleh kurban di
salib-Nya, satu kali untuk selamanya” (#1544). Di samping itu: “Gereja
melihat di dalam tindakan Melkisedek, raja dan imam, yang membawa `roti
dan anggur', satu pratanda bahan persembahannya sendiri” (# 1333). Oleh
sebab itulah, dalam Doa Syukur Agung I, sesudah konsekrasi imam berdoa:
“Sudilah memandang persembahan ini dengan hati yang rela dan wajah
berseri; dan sudilah menerimanya seperti Engkau berkenan menerima
persembahan hamba-Mu Habel dan kurban leluhur kami Abraham, dan seperti
Engkau berkenan menerima kurban suci dan tak bernoda yang dipersembahkan
kepada-Mu oleh Melkisedek, Imam Agung-Mu.”
* Fr. Saunders is pastor of Queen of Apostles Parish and dean of the Notre Dame Graduate School of Christendom College, both in Alexandria.
sumber : “Straight Answers: Who Was Melchizedek?” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©1999 Arlington Catholic Herald, Inc. All rights reserved; www.catholicherald.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.”
0 komentar:
Posting Komentar