Selain
menjadi orang kudus dan uskup pada masa Gereja Perdana, St. Timotius
dan St. Titus memiliki sesuatu yang istimewa. Mereka berdua menerima
karunia iman melalui pewartaan St. Paulus.
Timotius
dilahirkan di Listra di Asia Kecil. Ibunya adalah seorang Yahudi dan
ayahnya bukan. Ketika St. Paulus datang untuk mewartakan Injil di
Listra, Timotius, ibu serta neneknya, semuanya menjadi pengikut Kristus.
Beberapa tahun kemudian, Paulus kembali lagi ke Listra dan bertemu
dengan Timotius yang sudah tumbuh dewasa. Paulus merasa bahwa Timotius
dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi seorang pewarta Injil. Paulus
mengajaknya bergabung dengannya untuk mewartakan Injil. Jadi
demikianlah, Timotius meninggalkan rumah dan keluarganya untuk mengikuti
Paulus. Segera juga ia mengalami penderitaan sama seperti yang dialami
oleh Paulus. Mereka berdua merasakan sukacita yang besar dalam
mewartakan Sabda Tuhan kepada banyak orang. Timotius adalah murid
kesayangan rasul besar ini, sudah seperti anaknya sendiri. Timotius
pergi kemana pun Paulus pergi, hingga ia menjadi Uskup Efesus. Timotius
tinggal di Efesus untuk menggembalakan jemaat-Nya. Sama seperti St.
Paulus, Timotius juga wafat sebagai martir.
Titus
adalah seorang bukan Yahudi dan tidak percaya kepada Tuhan. Ia pun juga
menjadi murid St. Paulus. Titus seorang yang murah hati dan giat
bekerja. Dengan penuh sukacita ia mewartakan Kabar Gembira bersama
dengan Paulus dalam perjalanan kerasulan mereka. Oleh karena Titus
seorang yang dapat dipercaya, Paulus tanpa ragu mengutusnya dalam banyak
“misi” kepada komunitas-komunitas Kristiani. Titus membantu umat
memperteguh iman mereka kepada Yesus. Ia juga mampu memulihkan
perdamaian apabila terjadi perselisihan di antara jemaat Kristiani.
Titus dianugerahi karunia istimewa sebagai pembawa damai. Paulus amat
menghargai karunia yang dimiliki Titus ini dan mengenalinya sebagai
karya Roh Kudus. Paulus akan mengirim Titus untuk mengatasi
persoalan-persoalan yang timbul. Ketika Titus ada di antara suatu
kelompok jemaat Kristiani, orang-orang yang bersalah akan menyesali
perbuatan mereka. Mereka akan memohon pengampunan dan berusaha
memperbaiki apa yang telah mereka lakukan. Ketika damai telah tercapai,
Titus akan kembali serta melaporkan hasil baiknya kepada Paulus. Hal ini
mendatangkan sukacita bagi Paulus dan jemaat Kristiani yang lain. St.
Paulus mengangkat Titus sebagai Uskup di Pulau Kreta, di mana ia tinggal
hingga akhir hayatnya.
“Beritakanlah
firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa
yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan
pengajaran.” (2Timotius 4:2)
yesaya.indocell.net
0 komentar:
Posting Komentar