Minggu, 04 November 2012

Filled Under:

Santo Tarsisius Pelindung PAPS

Share

Pada abad pertama sampai abad ke 4, orang-orang kristen yang berada di bawah kekuasaan Roma sering kali mendapat penekanan yang sangat keras. Mereka tak boleh mengikuti misa kudus secara terang-terangan. Bila kedapatan oleh tentara Roma, mereka akan ditangkap dan dihukum. Bila mereka tetap berkeras mempertahankan iman mereka akan Yesus yang bangkit, maka mereka akan dihukum mati. Walaupun hidup dalam situasi yang demikian, namun ada begitu banyak orang yang tak segan-segan menghidupi iman mereka akan Yesus yang bangkit secara terang-terangan.

Di saat ketika gereja dianiaya kekuasaan Roma tersebut ada seorang kudus terkenal, namanya St. Tarsisius. Ketika ia berumur sekitar sepuluh tahun, ia bersama ibunya seperti biasa mengikuti misa pagi. Setelah memperhatikan sekelilingnya, Tarsisius mengetuk sebuah dinding batu. Ternyata itu adalah pintu menuju sebuah kapela kecil bawah tanah yang sangat rahasia. Seseorang muncul dengan obor menyala dan menerima Tarsisius beserta ibunya menuju ruang kapela bawah tanah yang gelap itu, yang sering disebut katakombe. Mereka berjalan seakan merangkak masuk, dan di sana ditemukan begitu banyak umat yan sedang berdoa.

Tak lama berselang masuklah seorang imam dan mereka secara bersama-sama merayakan perjamuan Tuhan. Umat secara bersama-sama bedoa dan bernyanyi. Setiap kali Tarsisius mendengar imam berkata; 'Makanlah dan minumlah,Inilah tubuhku,Inilah Darahku,', ia merasakan kedamaian yang amat mendalam dan tak terkatakan. Ia selalu merasa amat bahagia bila setiap hari menerima tubuh Kristus.

Namun pada hari itu, setelah misa selesai imam yang memimpin misa melihat sekeliling dan berseru; 'Sama saudara kita yang rela mati demi iman akan Tuhan yang bangkit dan saat ini sedang berada dalam penjara itu, besok akan dilemparkan ke tengah singa lapar. Mereka cuman berharap agar sebelum mereka mati di mulut singa-singa lapar tersebut, mereka menerima santapan kekal, tubuh Tuhan yang maha kudus. Siapakah yang rela menuju penjara untuk menghantar Ekaristi kudus ini?'

Umat saling memandang ketakutan; 'Pastor, engkau tak boleh pergi karena para serdadu sedang berusaha menangkap engkau.' Seorang serdadu Roma yang baru saja bertobat menawarkan diri untuk pergi ke penjara. Namun ia tidak diijinkan karena para serdadupun sedang berusaha menangkapnya. Tarsisius merasa bahwa ia mampu melaksanakan tugas mulia itu. Tanpa bersuara, ia menengadah ke arah ibunya. Ibunya mengerti maksud Tarsisius dan menganggukan kepala.

Tarsisius berdiri dan berkata; 'Bapak Pastor, Biarkan aku menuju penjara membawa tubuh Kristus buat sama saudara kita di sana.' 'Engkau masih begitu kecil. Kalau serdadu Romawi menangkapmu, apa yang akan kaubuat?' 'Bapak Pastor, percayalah. Saya akan berhati-hati, dan akan menjaga Ekaristi mahakudus ini tiba dengan selamat.' Melihat keberanian Tarsisius, sang imam lalu membungkus Sakramen mahakudus itu dan diberikannya kepada Tarsisius. Tarsisius secara aman melewati daerah yang dijaga serdadu Roma. Ketika ia melewati sebuah lapangan, dilihatnya sejumlah anak sedang bermain di sana. Tarsisius ingin melintasi jalan lain, namun ia keburu dilihat oleh anak-anak itu. 'Tarsisius, Tarsisius, Mari bermain bersama kami. Kebetulan kami kekurangan satu orang nih.' Demikian mereka mengajaknya bermain. 'Aku nggak bisa bermain sekarang. Tapi nggak lama nanti aku akan kembali. Nunggu aku ya.' Kata Tarsisius.

Anak-anak itu datang mengerumuninya. Melihat bahwa Tarsisius memegang sesuatu di tanganya, mereka menarik tangannya berusaha untuk melihat apa yang ada di dalamnya. Tarsisius tidak melepaskan tangannya, ia bahkan semakin kuat mempertahankan apa yang sedang dipegangnya. Karena itu ia terjatuh di tanah. Satu di antara anak-anak itu karena tak berhasil melepaskan tangan Tarsisius berkata, 'Mari saya buktikan siapa yang paling kuat.' Ia mengambil sebuah batu dan dilemparkannya ke arah Tarsisius. Tangannya tetap tak terbuka. Kini ia semakin kuat memeluk Sakramen mahakudus ke dadanya. Ia berkata secara berbisik; 'Yesus, saya tak akan membiarkan mereka membawamu pergi. Bantulah aku.' Anak-anak itu semakin marah dan merajam Tarsisius dengan batu berkali-kali. Tak berapa menit, Tarsisius sudah tak sadarkan diri. Tiba-tiba ada suara berkata; 'Stop! Mengapa kamu menganiaya seseorang secara kasar?'

Ternyata serdadu Romawi yang bertobat, yang pertama menawarkan diri membawa Sakramen mahakudus itu mengikuti Tarsisius dari kejauhan. Ia berlari ke arah Tarsisius, dan memeluknya dengan perasaan sedih. Ia menggendong Tarsisius di panggkuannya. 'Tarsisius, Tarsisius.' Panggilnya dengan suara halus. Tarsisius membuka matanya yang memar dan berkata, 'Tubuh Kristus masih di tanganku.' Setelah mengatakan kata-kata itu Tarsisius menghembuskan nafasnya.

---------------
Tarsisius, seorang kudus cilik. Ia kini diangkat oleh gereja menjadi pelindung para putra dan putri altar.

1 komentar: