oleh: P. A. Luluk Widyawan, Pr *
Baru-baru
ini di situs www.discovery.com ditampilkan penemuan situs makam Yesus
dan Keluarga Kudus. Penemuan itu tepatnya di Yerusalem. Majalah Haarlems
Dagblad, terbitan tanggal 23 Februari 2007 lalu menginformasikan lebih
jelas. Terbitan itu memuat laporan seorang pembuat film dokumenter asal
Kanada. Dalam jumpa pers ia berkeyakinan telah menemukan kuburan dari
Yesus asal Nasareth. Ia meyakinkan bahwa penyelidikan tersebut telah
memakan waktu yang cukup lama. Penyelidikan itu bahkan dilakukan oleh
tim yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu, diantaranya para arkeolog,
ahli sejarah, pakar tulisan kuno dan spesialis DNA.
Dalam
laporan penelitian dikatakan, kuburan yang ditemukan tersebut berada di
Talpiot, yang masih dalam wilayah Yerusalem. Didalam gua kecil yang
dipercaya sebagai kuburan tersebut, team peneliti menemukan 10 sisa-sisa
dari peti mati; di mana tertulis nama-nama di atas sisa-sisa peti
tersebut. Nama-nama yang ditemukan diantaranya: Yesus, anak Yosef,
Yudah, anak Yesus dan dua kali nama Maria, yang dimaksud adalah Maria
Magdalena, dan Maria ibu Yesus. Tak heran, penemuan menghebohkan ini
segera menjadi headline harian nasional Israel, Yediot Ahronot.
Aneka Reaksi
Entah
sampai kapan, Gereja harus menghadapi aneka kontroversi. Sejak dulu
selalu ada kontoversi, jauh sebelum heboh buku The Da Vinci Code karya
Dan Brown. Kontroversi teori tentang Yudas sebagai pembuka jalan bagi
Yesus menuju kebangkitan yang menyelamatkan yang muncul tahun 2006 lalu,
hingga kini penemuan makan Yesus.
Sebenarnya
penemuan gua sebagai makam Yesus bukanlah hal yang baru. Gua tersebut
telah ditemukan pada tahun 1980. Sejak saat itu dilakukan penyelidikan
terus-menerus. Hasilnya adalah film dokumenter berjudul “The Burial Cave
Of Jezus” yang dirilis sebagai kerjasama dari Simcha Jacobovici (pemuat
film asal Kanada tetapi berdarah Israel), dan James Cameron (pemenang
tiga piala Oscar, dan pembuat film Titanic dan The Terminator). Film
dokumenter ini, rencananya dalam waktu dekat akan ditayangkan di World
Discovery Channel. Di Minggu bulan Maret 2007, tepat di masa menjelang
peringatan Paskah, akan dilaksanakan konferensi pers di New York. Bukan
tidak mungkin waktu yang tepat dan isu yang menarik, justru akan membuat
film tersebut makin laris.
Namun,
Amos Kloner, arkeolog asal Israel yang juga terlibat langsung dalam
team penelitian gua tua tersebut justru berkomentar, “Memang, tampaknya
seperti cerita yang bagus. Tetapi untuk menyebut bahwa penemuan itu
sebagai makam Yesus, bukti-bukti yang ada amatlah sedikit.” Karena
menurutnya, nama-nama yang ditemukan dalam peti tersebut bukan hal yang
istimewa. Sejak 2000 tahun yang lalu, sudah hal yang biasa memberikan
nama-nama tersebut bagi orang-orang Yahudi, katanya kepada majalah
Haarlems Dagblad. Sementara Paul Verhoeven, sutradara flm asal Belanda,
yang juga bekerja di Hollywood mengatakan, “Memang indah untuk menikmati
khayalan seperti itu.”
Teori Dan Iman Gereja
Harus
diakui, Injil memuat pewartaan mengenai Sabda dan Karya Yesus, yang
dapat disebut semacam riwayat hidup Yesus. Injil memuat pula informasi
yang ada kaitannya dengan segi kesejarahan tentang kelahiran-Nya,
tentang pewartaan-Nya, termasuk juga tentang sengsara, wafat dan yang
paling penting, tentang kebangkitan-Nya.
Ada
banyak sekali hal, yang dalam Injil hanya dikemukakan secara sangat
samar-samar, karena maksud Injil ditulis memang pertama-tama bukan
sebagai catatan sejarah, tetapi sebagai pewartaan. Misalnya maksud Injil
Yohanes ditulis dalam Yoh 20:30, “Memang masih banyak tanda
lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak
tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah
dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesus-lah Mesias, Anak Allah, dan
supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.”
Berkaitan
dengan kesejarahan Injil pada khususnya dan Kitab Suci pada umumnya,
sikap Gereja jelas. Dei Verbum No. 19. menyebutkan kesejarahan memang
penting sekali. Sebab jika tidak, iman kepercayaan kita akan menjadi
seperti apa yang dikemukakan Petrus atau Paulus: yakni iman yang hanya
didasarkan atas isapan jempol (bdk. 2 Ptr 1:16) atau pada dongeng
nenek-nenek tua (bdk. 1Tim 4:7). Data-data sejarah yang termasuk (karena
tidak dimaksudkan sebagai tujuan pertama dan utama) dalam pewartaan
sabda dan karya Yesus (terutama dalam Injil-injil), banyak sekali yang
kemudian dijadikan obyek dan pintu masuk penelitian para ahli, di masa
kini. Tentu demi memenuhi rasa ingin tahu dan mencari kebenaran sejarah.
Misalnya, sebagaimana pertanyaan yang selalu menginspirasi para ahli
semacam tentang bintang yang tampak pada saat kelahiran Yesus. Apakah
itu? Komet? Atau meteor? Lalu mereka mulai menyelidiki, entah
berdasarkan perhitungan astronomis dapat diidentifikasikan adanya
lintasan suatu badan angkasa yang begitu mendekati bumi pada waktu itu.
Kapan waktu itu? Pada masa pemerintahan Kaisar Agustus (bdk. Luk 2:1).
Kapan persisnya? Pada waktu Kireneus menjabat Wali Negeri di Syria (bdk.
Luk 2:2) dan berbagai pertanyaan kritis dan detil lainnya. Pada
akhirnya para ahli berteori atau berhipotesa bahwa bintang yang nampak
terang benderang pada waktu Yesus lahir itu adalah Comet Halley, atau
teori dan hipotesa lainnya, yang beraneka.
Begitu
juga tentang tempat Yesus dilahirkan, yang rupanya pasti tidak di suatu
rumah (bdk Luk 2:7), tetapi di sebuah tempat tinggal binatang, karena
Ia dibaringkan di palungan. Karena pada waktu itu para gembala biasa
berteduh bersama ternaknya di gua-gua, maka dicarilah gua di sekitar
Bethlehem yang berdasarkan data-data lain. Juga didukung dengan data
dari tradisi lisan maupun tradisi tulisan, yang mungkin menjadi petunjuk
tempat kelahiran Yesus. Maka orang sampai pada teori dan hipotesa
tentang salah satu gua di sana: inilah tempat Yesus dilahirkan.
Biasanya, kalau sudah ada teori atau hipotesa sedemikian, apalagi kalau
itu sangat mungkin, dan tidak ada argumen atau bukti sebaliknya yang
melawannya, orang menerimanya. Tetapi sebagai teori dan hipotesa, bukan
sebagai kepastian yang tak dapat diganggu-gugat.
Begitulah
yang terjadi tentang makam Yesus. Kitab Suci memuat informasi, bahwa
Yesus wafat (bdk. Mat 27:50; Mrk 15:37; Luk 23:46: Yoh 19:30.33-34). Ia
dikuburkan (bdk. Mat 27:59-60; Mrk 15:46; Luk 23:53; Yoh 19:42).
Sekarang di Yerusalem ada suatu tempat yang dipercaya sebagai kubur
Yesus (tempatnya ada di dalam Gereja Makam Yesus) yang menjadi tempat
peziarahan terkenal. Pastilah tempat tersebut sejak tahun-tahun pertama
kekristenan diteorikan dan dihipotesekan sebagai kubur Yesus dan
diterima sebagai yang paling mungkin dan masuk akal.
Teori
dan hipotese tersebut tak menjadi masalah. Namun, apakah itu memang
makam tempat jenazah Yesus dulu pernah dibaringkan? Tidak ada seorang
pun yang bisa memastikannya. Oleh karena itu pencarian kepastian inilah
yang diharapkan bisa diperoleh dan boleh tetap berjalan terus. Berbagai
penemuan pernah dilaporkan, tentu saja dengan berbagai bukti yang konon
tidak bisa dibantah lagi. Namun muncul juga banyak sanggahan dan
keberatan terhadap teori atau hipotesa itu. Dan omong kosong sajalah
penemuan baru dengan bukti dan data-data itu.
Sekalipun
banyak teori, hipotesa, penemuan dan bukti-bukti baru yang muncul,
sikap resmi Gereja terkesan tidak terlalu pusing. Karena pada akhirnya
aneka penemuan baru tidak mengubah iman kepercayaan kepada Yesus,
kebangkitan-Nya dan lain-lain. Memang harus diwaspadai, justru pokok
iman inilah yang sering dijadikan sasaran akhir dari aneka teori,
hipotesa, penemuan dan bukti-bukti baru.
Penemuan
makam Yesus dijadikan alasan, misalnya, untuk menolak percaya kepada
Yesus, menolak kebangkitan-Nya, ke-Allah-an-Nya dan lain sebagainya.
Karena, ada orang yang memang berusaha untuk mematahkan iman kepercayaan
kepada Yesus. Jalan pikirannya sederhana: jika bisa menemukan makam
Yesus dan di sana ditemukan tulang-belulang, maka Yesus tidak bangkit,
Yesus bukan Allah dan seterusnya. Tak jarang, argumen menentang iman ini
disertai dengan kutipan dari Injil supaya lebih meyakinkan. Misalnya
memakai kutipan Injil tentang Yesus yang bangkit hanya diberitakan bahwa
makam-Nya kosong (bdk. Mat 28; Mrk 16; Luk 24; Yoh 20). Data makam
kosong pun dapat menjadi alasan orang berteori dan berhipotesa bahwa
Yesus tidak dikuburkan di situ atau Yesus tidak mati, tidak bangkit,
maka Yesus bukan Allah, dan lain sebagainya.
Teori,
hipotesa, penemuan dan bukti-bukti baru yang muncul sekali lagi tidak
perlu memusingkan dan mengubah iman Gereja. Sekalipun banyak teori,
hipotesa, penemuan dan bukti-bukti baru selalu ada muncul argumen
penentangnya dengan teori, hipotesa, penemuan dan bukti-bukti pula.
Harus
diakui, dalam sejarah Gereja berabad-abad lamanya, Gereja sudah biasa
mendapat berbagai pendapat yang seolah-olah memojokkan dan menyulitkan
Gereja. Di era yang sangat modern maka, siapapun, lewat cara apapun
dapat mengajukan teori, hipotesa, penemuan dan bukti-bukti baru. Juga
dengan bumbu sensasional. Namun Gereja tak mungkin dan tak perlu
menanggapi semuanya. Gereja juga menghargai kebebasan berpendapat. Jika
terbukti secara meyakinkan bahwa teori, hipotesa, penemuan dan
bukti-bukti baru, dalam hal ini tentang makam itu, benar makam Yesus,
tetaplah bukan sebuah argumen yang melawan iman Gereja. Iman Gereja
adalah satu keyakinan dan yang terpenting, Yesus telah bangkit. Selamat
Paskah 2007.
* Imam Praja Keuskupan Surabaya, tinggal di Ponorogo.
sumber : Luluk Widyawan' s Page; http://lulukwidyawanpr.blogspot.com (yesaya.indocell.net)
0 komentar:
Posting Komentar