Thomas
Becket dilahirkan pada tahun 1118 di London, Inggris. Setelah kedua
orangtuanya meninggal dunia, ia pergi untuk bekerja di sebuah kantor.
Sebagai seorang pemuda, ia suka pergi berburu dan melakukan kegiatan
olah raga lainnya. Ketika usianya sekitar duapuluh empat tahun, Thomas
mendapatkan pekerjaan di Keuskupan Agung Canterbury. Ia mulai tertarik
untuk menjadi seorang imam. Thomas seorang pemuda yang tampan, amat
cerdas dan pandai bergaul. Sebentar saja, ia telah menjadi kesayangan
Raja Henry II sendiri. Orang mengatakan bahwa raja dan Thomas memiliki
hanya satu hati dan satu pikiran - seperti layaknya sepasang sahabat
kental. Ketika Thomas berusia tigapuluh enam tahun, Raja Henry
menjadikannya ketua parlemen.
Sebagai
ketua parlemen Inggris, Thomas memiliki rumah yang besar dan hidup
dalam kemewahan. Namun demikian, ia sungguh murah hati kepada
orang-orang miskin. Ia seorang yang cepat marah, tapi ia melakukan
banyak matiraga juga secara diam-diam. Ia melewatkan berjam-jam lamanya
dalam doa, bahkan seringkali hingga larut malam.
Ketika
Uskup Agung Canterbury wafat, raja menghendaki paus memberikan jabatan
tersebut kepada Thomas. Itu berarti bahwa Thomas harus ditahbiskan
menjadi seorang imam. Tetapi, Thomas mengatakan secara terus terang
kepada raja bahwa ia tidak ingin menjadi Uskup Agung Canterbury. Ia
sadar sepenuhnya bahwa jabatan itu akan menempatkannya dalam konflik
langsung dengan Raja Henry II. Thomas tahu bahwa ia akan harus membela
Gereja dan bahwa itu berarti masalah. “Kasih baginda kepadaku akan
berubah menjadi kebencian,” demikian ia memperingatkan Henry. Raja tidak
peduli, dan Thomas ditahbiskan menjadi iman dan kemudian menjadi uskup
pada tahun 1162. Pada mulanya, segala sesuatu berjalan lancar seperti
sedia kala. Namun demikian, segera saja raja mulai menuntut uang yang
dirasa Thomas tidak pada tempatnya dirampas dari Gereja. Raja semakin
dan semakin geram terhadap mantan sahabatnya. Akhirnya, ia mulai
memperlakukan Thomas dengan buruk. Sesaat, Thomas tergoda untuk sedikit
mengalah. Tetapi kemudian ia mulai sadar akan betapa besar keinginan
Raja Henry untuk mengendalikan Gereja. Thomas sungguh menyesal bahwa ia
bahkan pernah berpikiran untuk mengalah kepada raja. Ia mohon ampun atas
kelemahannya itu dengan bermatiraga, dan kemudian ia menjadi lebih
tegas dari sebelumnya.
Suatu
hari, raja teramat murka. “Tak adakah seorang pun yang dapat
mengenyahkan uskup agung ini dari hadapanku?” Beberapa perwiranya
menganggapi hal ini secara serius. Mereka bermufakat untuk menghabisi
uskup agung. Mereka menyerang Thomas di katedralnya sendiri. Dalam
sakrat maut, bapa uskup mengatakan, “Demi nama Yesus dan demi membela
Gereja, aku bersedia mati.” Hari itu tanggal 29 Desember 1170. Segenap
umat Kristiani di seluruh penjuru dunia terkejut ngeri atas perbuatan
yang begitu keji itu. Paus Alexander III menegur raja bahwa ia secara
pribadi bertanggung jawab atas pembunuhan uskup agung. Mukjizat-mukjizat
mulai terjadi di makam Uskup Agung Thomas. Ia dimaklumkan sebagai santo
oleh paus yang sama pada tahun 1173.
“Andai
engkau mendapati dalam diriku sesuatu yang kau anggap salah, janganlah
ragu untuk memberitahukannya kepadaku secara pribadi. Sebab mulai dari
sekarang, orang akan berbicara tentang aku, tetapi tidak kepadaku.
Sungguh berbahaya bagi orang-orang yang berkuasa andai tiada seorang pun
berani mengatakan kepada mereka ketika mereka berbuat salah.”
Dikutip dari : yesaya.indocell.net
0 komentar:
Posting Komentar